Ojol Dipukul TNI di Pontianak Patah Hidung, Korban Jalani Operasi
Pontianak – Teguh Sukma Akbar, driver ojek online berusia 48 tahun, menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Medika Djaya Pontianak setelah oknum TNI, Letda FA, memukulnya. Warga Pontianak Barat marah dan menuntut aparat segera menindak oknum TNI tersebut. Kasus ini memicu perhatian publik karena menunjukkan risiko yang dihadapi pekerja ojek online saat berinteraksi dengan aparat.
Teguh Mengalami Cedera Serius
Keponakan Teguh, Jani Fitri, menceritakan bahwa pamannya tetap menjalani perawatan intensif setelah sebelumnya berada di ICU. “Kondisinya membaik, tetapi ia masih sulit bernapas karena hidungnya patah dan terdapat darah beku. Perawat belum berani membersihkan cedera tersebut,” ujar Jani.
Teguh tampak lemah. Pipi kirinya membengkak, dan mata kirinya tertutup akibat pukulan. Dokter menegaskan bahwa operasi segera akan membantu mencegah komplikasi pada mata dan pernapasan.
Dokter Menjadwalkan Operasi Segera
Rumah sakit menjadwalkan operasi pada Rabu mendatang karena dokter spesialis yang menangani Teguh berada di luar kota. Tim medis ingin memastikan hidung Teguh pulih dengan baik, fungsi pernapasan kembali normal, dan cedera wajah tidak menimbulkan dampak jangka panjang.
Jani menambahkan, “Dokter menyarankan operasi segera agar mata dan pernapasan pamanku tidak terkena dampak. Hidungnya benar-benar patah parah.”
Warga Pontianak Memprotes Tindakan Oknum TNI
Kasus ini memicu kemarahan warga, terutama komunitas ojek online. Mereka menggelar aksi solidaritas dan menuntut aparat segera menindak oknum TNI yang menyerang Teguh. Para pakar hukum menekankan bahwa warga sipil berhak atas perlindungan penuh, dan aparat yang melanggar hukum harus menghadapi proses hukum.
Perlindungan bagi Pekerja Ojek Online Sangat Penting
Kasus Teguh menyoroti risiko pekerjaan yang sering dihadapi driver ojek online. Mereka menghadapi situasi berbahaya tanpa perlindungan hukum memadai. Warga dan komunitas ojek online berharap pemerintah memperkuat pengawasan dan memberi edukasi kepada aparat agar tidak menyalahgunakan kekuasaan terhadap warga sipil.
Keluarga Teguh meminta dukungan masyarakat untuk membantu pemulihan korban secara fisik dan psikologis. Mereka juga berharap aparat menegakkan hukum secara tegas agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa depan.